Seperti siang dan bakda maghrib sebelumnya, saya senang kita masih bertemu.
Mungkin tiga hari yang lalu saya masih kaku dan terkesan jengkel. Sejujurnya saya hanya bingung. Bingung bagaimana mengungkapkan perasaan yang mendalam, dan ingin terucap. Alhasil menulis dan menulis cara yang paling aman mengungkapkan segala rasa dan asa.
Saya selalu mendengar renyah tawamu, sesekali suaramu yang serak dan berat memenuhi isi telinga. Mendadak kepala saya dipenuhi kata-kata, "Jangan-jangan"
Entah sejak kapan saya menjadi orang yang sibuk menerka-nerka isi hati dan pikiran orang. "Jangan-jangan" dia memang bahagia, jangan-jangan dia memang senang terbebas dari orang yang selalu ngeriwehinya.
Kata "Jangan-jangan" ini memang awal dari penyakit batin yang bernama resah, cemas, gelisah, dan lainnya. Sial.
Susah sekali sepertinya menebak isi hati dan isi kepalamu. Karena semakin menyelami hidupmu, keruwetan dan tanda tanya yang didapat. Kamu tak ubahnya seperti labirin. Jalan berliku yang tak ada habisnya. Menyimpulkan yang ada di raut wajah dan sikapmu saja saja tak bisa, apalagi saya harus mencari "aku" di perjalananmu..halaah (hahah)
Kadang saya selalu mencari pembenaran atas asumsiku. Seperti halnya pertanyaan yang sering saya lontarkan kepada teman-teman dekatku tentang perasaanmu. Alih-alih mereka manas-manasi dengan jawaban, "Dia loh nggak apa-apa. Biasa saja. Nggak ada sedihnya" Saya bersikekeh bahwa semua yang terlihat adalah semestinya.
Belakangan saya sadar, mencari jawaban dan mengumpulkan jawaban bahkan pembenaran atas asumsiku sendiri, kurang baik.Konyol. Yah kalau misal ingin tahu kebenarannya kenapa tidak langsung bertanya ke orangnya sahaja? Bukannya lebih konkrit.
Sebenarnya saya bingung, saya ini mau nulis apa. Berusaha menuangkan perasaan tapi malah mbulet, tidak ditulis resah.
Ya sudah mungkin inti tulisan kali ini, dibilang sedih harus berakhir, ya sedih..Dirimu sudah kupilih sebagai tempat bercerita, seharusnya ketika kamu bercerita saya mendengar- pun sebaliknya. Dibilang bahagia, ya bahagia, sebab sapamu masih dan hal yang paling menyenangkan dari dua orang yang sudah berakhir, sesekali curi pandang. Ah mungkin ini hanya aku, membahagiakan memang karena diam-diam masih saya perhatikan.
Sekian ;)
0 komentar