5477 karakter Bercerita Tentang Aku

By fasyaarina - Januari 10, 2018

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti. Yang hancur lebur akan terobati. Yang sia-sia akan jadi makna. Yang jatuh akan berdiri lagi -Banda Neira

Lirik lagu Yang Patah Tumbuh, Yang hilang Berganti milik Banda Neira mampu menpresentasikan perjalanan hidupku selama ini. Lagu ini seolah menjadi alarm bahwa hidup memang tak selamanya akan baik-baik saja. Kadang harus merasakan hancur, sia-sia, bahkan jatuh se jatuh-jatuhnya. Semua rasa itu memang sudah pernah saya rasakan, dan terkadang mengundang banyak air mata. Kan kesel ya, misal sudah berjuang untuk seseorang atau apa pun deh, diawal terlihat meyakinkan, ternyata berujung menyakitkan. Eh, maaf, ini bukan bagian dari curhat kok. hehe.

Menurutku perjalanan hidup seseorang untuk mencapai kebahagiaan atau kesedihan dilalui dengan cara yang berbeda-beda. Begitu pun saya. Karena ini blogku dan hidup yang saya jalani memang mengasyikan (kalau mau protes juga boleh) hehe jadi saya tulis apa pun yang pernah saya rasakan, lihat, dan saya dengar.

Oke... jadi langsung aja ya, menyelami hidupku. Selamat membaca!.
Saya adalah orang yang mencintai malam dan musik indie sebagai teman menulis. Bahkan bisa dibilang saya lebih produktif malam hari. Sederhana aja sih alasannya, karena hawanya yang adem-ayem, dan suasana yang hening-sepi, membuat saya dengan bebas berimajinasi liar. Malam pun bisa membuat saya mendegar suara yang paling dekat  dengan saya, yaitu nafas. Yah, sebenarnya, suara yang paling dekat dengan kita, bukanlah suara jangkrik, atau desir pasir di padang pasir (lah itu kan lagu) melainkan nafas kita.

Mulai gemar menulis setelah ayah saya bercerita tentang tulisanya yang banyak dimuat di suara merdeka, radar tegal, surat kabar brebes, dan lain-lain. (Itu dulu ya Pa, zaman masih muda dan belum repot seperti sekarang). Tapi sebagai anak harus tetep bangga dong sama ayah sendiri. Haha. Merasa memiliki passion menulis dan bercerita saya bertekad mengikuti jejak sang ayah. Bismillah aja dulu siapa tahu jadi alhamdulillah.

Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di salah satu kota Purwokerto, artinya saya juga harus meniggalkan Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah. Kalau ingat masa-masa di pondok rasanya ingin kembali ke masa lalu!. Yah, walaupun saya dulu santri yang cukup terkenal nakalnya, tapi semua nasihat dan sendiko dawuh dari Kyai dan guru-guru membekas di hati dan ingatan. Sehat selalu untuk Kyai dan guru-guru kami di pondok. Allahumma Aamiin.

Se sukses apa pun kamu besok, yang penting jangan pernah melupakan guru-guru

Itulah nasihat yang sering guru-guru sampaikan kepada santri-santrinya. Setelah lulus SMA saya punya cita-cita  melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil jurusan sastra atau ilmu sosial. Namun takdir berkata lain, orang tua mengharuskan saya mengambil jurusan yang sesuai dengan masa SMA,  eksak. Dengan perasaan hancur dan kecewa saya mengambil jurusan teknik elektro di salah satu universitas di Yogyakarta. Setelah menunggu pengumuman cukup lama, saya dinyatakan lolos. Saya melihat kebahagiaan bergelayut di wajah ke dua orang tua. Saya ingat sekali, diterimanya saya di teknik elektro merupakan kado terindah untuk ayah saya yang saat itu divonis cuci darah akibat gagal ginjal. Kado yang mampu membuat ayah saya semangat sembuh.

Bisa jadi dibalik keberhasilan seorang anak ada doa ke dua orang tua yang banyak meminta kepada Rabb dibandingkan kita. Bisa jadi tangis orang tua saat berdoalah yang mampu mengetuk pintu langit, hingga mengantarkan pada kebaikan yang kita rasakan sekarang.

Jatuh bangun di teknik elektro membuat saya sempat merasa putus asa. Berulang kali saya meminta izin agar bisa pindah jurusan, namun orang tua saya hanya terdiam dan kulihat kesedihan terpampang jelas di wajahnya. Semua itu, membuat saya tidak tega jika saya lebih mengutamakan ego. Cukup sudah orang tua yang berusaha membahagiakan saya, walaupun saya tahu sampai kapan pun mereka akan tetap berusaha membuat saya bahagia. Maka kali ini izinkan saya yang membasuh masa tua ke dua orang tua saya dengan memberi kebahagiaan untuk mereka. Saya pun yakin, ketika orang tua saya sudah ridho dan Allah mengabulkan doanya, akan ada perkara baik di dalamnya. Yah, doa dan ridho orang tua lebih dekat dengan ridho Ya Rabb. Semoga.

Tidak ingin larut dalam kesedihan  karena salah jurusan, saya mulai bangkit dengan terus mengasah kemampuan menulis. Pada saat menjadi Mahasiswa Baru (MaBa), saya aktif di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Namun hanya bertahan satu tahun setengah saya memutuskan untuk mengundurkan diri dan menemukan hobi baru, berpetualang. Setelah mempunyai cukup bekal berpetualang, saya mulai gemar menulis perjalanan. Sebagai rasa terima kasih dan rasa sayang kepada ke dua orang tua, saya ingin menuliskan nama mereka dibuku yang saya tulis.

​Lalu bagaimana dengan nasib kuliahku?. Pasti penasaran ya?. heheh. Alhamdulillah saat ini tengah disibukkan dengan tugas akhir. Dukungan dari teman-teman kelas membuat saya bertahan hingga masa penghabisan kuliah. Terima kasih gaes kalian terbaik.

Sebagai seorang perempuan yang dibesarkan di lingkungan pesantren, saya ingin selalu menjadi seorang santriwati. Pesantren Kreatif Baitul Kilmah mejadi tempat nyantri saya selanjutnya dan berproses karya.
Alhamdulillah :)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar