Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti. Yang hancur lebur akan terobati. Yang sia-sia akan jadi makna. Yang jatuh akan berdiri lagi -Banda Neira
Lirik lagu Yang Patah
Tumbuh, Yang hilang Berganti milik Banda Neira mampu menpresentasikan
perjalanan hidupku selama ini. Lagu ini seolah menjadi alarm bahwa hidup memang
tak selamanya akan baik-baik saja. Kadang harus merasakan hancur, sia-sia,
bahkan jatuh se jatuh-jatuhnya. Semua rasa itu memang sudah pernah saya
rasakan, dan terkadang mengundang banyak air mata. Kan kesel ya, misal sudah
berjuang untuk seseorang atau apa pun deh, diawal terlihat meyakinkan,
ternyata berujung menyakitkan. Eh, maaf, ini bukan bagian dari curhat kok.
hehe.
Menurutku perjalanan hidup
seseorang untuk mencapai kebahagiaan atau kesedihan dilalui dengan cara yang
berbeda-beda. Begitu pun saya. Karena ini blogku dan hidup yang saya jalani
memang mengasyikan (kalau mau protes juga boleh) hehe jadi saya tulis
apa pun yang pernah saya rasakan, lihat, dan saya dengar.
Oke... jadi langsung aja ya,
menyelami hidupku. Selamat membaca!.
Saya adalah orang yang
mencintai malam dan musik indie sebagai teman menulis. Bahkan bisa dibilang
saya lebih produktif malam hari. Sederhana aja sih alasannya, karena hawanya
yang adem-ayem, dan suasana yang hening-sepi, membuat saya dengan bebas
berimajinasi liar. Malam pun bisa membuat saya mendegar suara yang paling dekat dengan saya, yaitu nafas. Yah, sebenarnya, suara yang paling dekat dengan kita, bukanlah
suara jangkrik, atau desir pasir di padang pasir (lah itu kan lagu)
melainkan nafas kita.
Mulai gemar menulis setelah
ayah saya bercerita tentang tulisanya yang banyak dimuat di suara merdeka,
radar tegal, surat kabar brebes, dan lain-lain. (Itu dulu ya Pa, zaman masih
muda dan belum repot seperti sekarang). Tapi sebagai anak harus tetep bangga
dong sama ayah sendiri. Haha. Merasa memiliki passion menulis dan
bercerita saya bertekad mengikuti jejak sang ayah. Bismillah aja dulu siapa
tahu jadi alhamdulillah.
Setelah menyelesaikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di salah satu kota Purwokerto, artinya saya juga harus
meniggalkan Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah. Kalau ingat masa-masa di pondok
rasanya ingin kembali ke masa lalu!. Yah, walaupun saya dulu santri yang cukup terkenal nakalnya, tapi semua nasihat dan sendiko dawuh
dari Kyai dan guru-guru membekas di hati dan ingatan. Sehat selalu untuk Kyai
dan guru-guru kami di pondok. Allahumma Aamiin.
Se sukses apa pun kamu besok, yang penting jangan pernah melupakan guru-guru
Itulah nasihat yang sering guru-guru sampaikan kepada santri-santrinya. Setelah lulus SMA saya punya cita-cita melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil jurusan
sastra atau ilmu sosial. Namun takdir berkata lain, orang tua mengharuskan saya
mengambil jurusan yang sesuai dengan masa SMA, eksak. Dengan perasaan hancur dan kecewa saya mengambil jurusan teknik
elektro di salah satu universitas di Yogyakarta. Setelah menunggu pengumuman
cukup lama, saya dinyatakan lolos. Saya melihat kebahagiaan bergelayut di wajah
ke dua orang tua. Saya ingat sekali, diterimanya saya di teknik elektro
merupakan kado terindah untuk ayah saya yang saat itu divonis cuci darah akibat
gagal ginjal. Kado yang mampu membuat ayah saya semangat sembuh.
Bisa jadi dibalik keberhasilan seorang anak ada doa ke dua orang tua yang banyak meminta kepada Rabb dibandingkan kita. Bisa jadi tangis orang tua saat berdoalah yang mampu mengetuk pintu langit, hingga mengantarkan pada kebaikan yang kita rasakan sekarang.
Jatuh bangun di teknik elektro
membuat saya sempat merasa putus asa. Berulang kali saya meminta izin agar bisa
pindah jurusan, namun orang tua saya hanya terdiam dan kulihat kesedihan
terpampang jelas di wajahnya. Semua itu, membuat saya tidak tega jika saya
lebih mengutamakan ego. Cukup sudah orang tua yang berusaha membahagiakan saya,
walaupun saya tahu sampai kapan pun mereka akan tetap berusaha membuat saya
bahagia. Maka kali ini izinkan saya yang membasuh masa tua ke dua orang tua
saya dengan memberi kebahagiaan untuk mereka. Saya pun yakin, ketika orang tua
saya sudah ridho dan Allah mengabulkan doanya, akan ada perkara baik di
dalamnya. Yah, doa dan ridho orang tua lebih dekat dengan ridho Ya Rabb.
Semoga.
Tidak ingin larut dalam kesedihan karena salah jurusan, saya mulai bangkit dengan terus mengasah
kemampuan menulis. Pada saat menjadi Mahasiswa Baru (MaBa), saya aktif di
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Namun hanya bertahan satu tahun setengah saya
memutuskan untuk mengundurkan diri dan menemukan hobi baru, berpetualang.
Setelah mempunyai cukup bekal berpetualang, saya mulai gemar menulis
perjalanan. Sebagai rasa terima kasih dan rasa sayang kepada ke dua orang tua, saya ingin menuliskan
nama mereka dibuku yang saya tulis.
Lalu bagaimana dengan nasib
kuliahku?. Pasti penasaran ya?. heheh. Alhamdulillah saat ini tengah
disibukkan dengan tugas akhir. Dukungan dari teman-teman kelas membuat
saya bertahan hingga masa penghabisan kuliah. Terima kasih gaes kalian terbaik.
Sebagai seorang perempuan yang
dibesarkan di lingkungan pesantren, saya ingin selalu menjadi seorang
santriwati. Pesantren Kreatif Baitul Kilmah mejadi tempat nyantri saya
selanjutnya dan berproses karya.
Alhamdulillah :)
0 komentar